scient

scient
aboutz meE

Minggu, 14 Maret 2010

kesling " bahaya pestisida dalam makanan"


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Pestisida merupakan suatu produk yang sudah tidak asing lagi oleh telinga kita. Penggunaanya sudah merebak seperti jamur di tengah musim penghujan. Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida ini juga tidak kalah pentingnya dibicarakan karena dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan,. Sudah saatnya kita memikirkan bagaimana caranya agar hasil pertanian memiliki potensi yang baik ketika dipanen namun tidak menimbulkan dampak bagi kesehatan. Salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida yang ramah lingkungan atau pestisida alami.Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama
Menurut staff pengajar kopertis wilayah 1 Dpk. Fak. Pertanian USI menyatakan bahwa di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.
Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.
Kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minum

II. Rumusan Masalah
A. Bagaimana bahaya pestisida dalam makanan dan dampaknya bagi kesehatan manusia?
III. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui bahaya pestisida dalam makanan dan dampaknya bagi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

A.Bahaya Pestisida dalam Makanan dan Dampaknya bagi Kesehatan Manusia
A.1. Pencemaran
Bahaya pestisida dalam makanan berkaitan dengan pencemaran yang terjadi melalui rantai makanan dalam lingkungan. Pencemaran menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1982, menjelasan bahwa pencemaran adalah “ masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.
Kasus pencemaran oleh pestisida yang paling banyak merugikan justru dengan terkumpulnya pestisida tersebut di dalam organisme kecil di air. Organism yang telah menyerap pestisida, kemudian dimakan oleh ikan atau udang. sebenarnya kedua hewan ikan air tersebut telah mengalami dua kali keracunan pestisida ini, yaitu
1. dirinya sendiri telah keracunan pestisida melalui insang atau kulit,
2. Keracunan melalui makanannya
Akibatnya jumlah pestisida di dalm tubuh ikan dan udang yang sudah keracunan pestisida ini, walaupun belum mati, dimakan oleh manusia. Dan akhirnya manusia itu sendiri yang terkena racun pestisida tersebut(Kusno,1991)

A.1.2.Pestisida
Pengertian Pestisida Secara harfiah pestisida berarti pest killing agent atau bahan pembunuh hama. (Tan Malaka, 1994) Pengertian menurut Sub Dit P2 Pestisida (1990), adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan hama. Pengertian lain tentang pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus digunakan untuk:
-1. memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman.
- 2.memberantas rerumputan
- 3.mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
-4. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman.
- 5.memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan.
-6 .memberantas atau mencegah hama-hama air.
- 7.memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah, alat-alat angkutan, dan alat-alat pertanian.
-8. memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang dapat menyebabkan penyakit yang perlu dilindungi.
(Syamsuir Munaf, 1997, Depkes RI, 1985)
Jenis pestisida dan gejalanya
a..Paraquat
Paraquat adalah bahan racun yang sangat kuat yang dapat mengakibatkan luka serius pada kulit, mata, hidung, dan tenggorokan.Paraquat dapat menyebabkan bisul pada kulit dan tenggorokan, dan juga pendarahan hebat pada hidung. Paraquat merusak kuku jari, kadang hingga lepas. Paraquat juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati dan ginjal. Paraquat dapat menyebabkan luka pada paru-paru yang dapat menyebabkan kematian kerena sulit bernafas.
Paraquat dalam jumlah yang sedikit sekalipun dapat menyebabkan kematian, terutama jika zat ini ditelan. Banyak pekerja yang mati karena paraquat yang diserap tubuh melalui kulit. Paraquat telah menyebabkan kematian di berbagai penjuru dunia.
b.Metal bromide
Metil bromida adalah suatu gas yang tidak berwarna dan tidak berbau (dalam kadar kecil). Karena itulah maka gas chloropicrin sering kali ditambahkan dalam formula metil bromida agar dapat lebih mudah dilacak keberadaannya.
Metil bromida sangat berbahaya dan dapat menyebabkan luka pada paru-paru, menyebabkan sulit bernafas, pneumonia, dan berkumpulnya cairan di paru-paru. Gejala-gejala ini mungkin baru akan muncul setelah beberapa jam terkena pestisida. Jika zat ini terkena ke kulit, akan menyebabkan gatal-gatal, melepuh, atau bahkan luka bakar yang serius.
Beberapa korban keracunan metil bromida yang selamat mungkin menderita kerusakan permanen pada sistem syarafnya yang akan menyebabkan perubahan kepribadian, kehilangan ingatan, kecemasan, sulit berkonsentrasi, dan masalah mental lainnya.
c.Organofosfat
Jenis pestisida yang paling beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat dan Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya karena mereka menyerang cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh sistem syaraf kita agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini menurunkan kadar cholinesterase dan hal inilah yang memunculkan gejala-gejala keracunan.
Pestisida Meracuni Tubuh Manusia
√√Melalui kulit
Hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit. Ketika petani memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida terkena pada kulit atau pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.
√√Melalui pernapasan
Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau pada orang-orang yang ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat
√√Melalui mulut
Hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak, ketika seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.
B. Pestisida dalam Makanan
Salah satu program kesehatan adalah memberian penyuluhan mengenai pentingnya intake makanan yang begizi seperti sayur dan buah. Namun, sayur dan buah juga harus diperhatikan dari segi kandungan pestisida yang terdapat didalamnya.
Buah-buahan dan sayuran, Selama proses penanaman pemanenan, penyimpanan, dan pengangkutan ke pasar, buah dan sayuran berpeluang terkontaminasi bahan kimia pertanian aseperti residu pestisida, antibiotik pertanian, pupuk dan bahan perangsang tumbuh. Karena itu sebelum diolah dan dikonsumsi, buah dan sayuran harus dicuci terlebih dahulu dengan air bersih.Kerusakan yang sering terjadi adalah karena benturan fisik, serangan serangga dan serangan mikroorganisme. Buah dan sayuran yang rusak terlihat busuk, berubah warna dan rasa, serta berlendir.
Keamanan pangan merupakan hal yang penting dalam kehidupan, dan terdapat relevansi atau dampak bagi perlindungan tanaman. Keamanan pangan (Untung,2007) menyebutkan bahwa keamanan pangan adalah sebuah system yang digunakan untuk menjamin agar pangan tidak tercemar oleh organisme penyakit atau bahan kimia yang berbahaya sehingga tidak turut dikonsumsi oleh manusia. Rangkaian tahapan proses produksi, pengolahan dan pemasaran, yait mulai dari lahan pertanian sampai dengan pangan di atas meja, merupakan tahapan penting dalam menjamin keamanan pangan produ yang akan dikonsumsi.
Namun, batasan penggunaan pestisida dalam tumbuhan tidak sesuai dengan batas maksimum kandungan cemaran di dalam pangan dan produk pertanian seperti nilai Batas Maksimum Residu Pestisida (BPMR).
Berdasarkan fakta bahwa saat ini penggunaan pestisida jenis insektisida digunakan mencapai 70% dari total pestisida kimia yang digunakan di Indonesia.. jenis-jenis tanaman tersebut adalah padi, keledai, sayuran, buah-buahan, dan tanaman perkebunan.
Pestisida yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsungterkena sinar matahari. Pestisida dapat mengalami fotodekomposisi di udara. Dalam udara pestisida mengalami perkolasi atau ikut terbang menurut aliran angin. Makin halus butiran larutan makin besar kemungkinan ia ikut perlokasi dan makin jauh ikut diterbangkan arus angin.
Sebagian pestisida jatuh pada tanaman, melekat dan menyebar menutup permuaan tanaman. Bagi pestisida yang tidak sistemikmungkin sebagian kecil dapat masuk melalu mulut daun atau terserap dalam tubuh tanaman.
Fakta Penggunan Pestisida dalam Makanan (sayur dan buah) oleh Warlinson Girsang
Dewasa ini, residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan dalam jaringan tubuh bayi yang dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh sekaligus cacat mental.
Belakangan ini, masalah residu pestisida pada produk pertanian dijadikan pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Media massa pernah memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan akhirnya dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas. Demikian juga pruduksi sayur mayur dari Sumatera Utara, pada tahun 80-an masih diterima pasar luar negeri. Tetapi kurun waktu belakangan ini, seiring dengan perkembangan kesadaran peningkatan kesehatan, sayur mayur dari Sumatera Utara ditolak konsumen luar negeri, dengan alasan kandungan residu pestisida yang tidak dapat ditoleransi karena melampaui ambang batas..
Pada tahun 1996, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian sebenarnya telah membuat keputusan tentang penetapan ambang batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian. Namun pada kenyatannya, belum banyak pengusaha pertanian atau petani yang perduli. Dan baru menyadari setelah ekspor produk pertanian kita ditolak oleh negara importir, akibat residu pestisida yang tinggi. Diramalkan, jika masih mengandalkan pestisida sintesis sebagai alat pengendali hama, pemberlakuan ekolabelling dan ISO 14000 dalam era perdagangan bebas, membuat produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing dan tersisih serta terpuruk di pasar global.
Rantai Setan Berputar
Penyemprotan DDT, sisa menempel pada tanaman, biji-bijian, dan masuk perairan → daun dimakan hewan → ikan dapat residu dari plankton, udang, ikan kecil, → bebe makan ikan di sungai → manusia makan ikan, menyemblih kambing/sapi dsb, memetik sayur-sayuran
kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan.
Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minum.
Pentingnya pemilihan produk bagi konsumen dalam rangka menghindari pencemaran residu pestisida dalam makanan baik sayur dan buah. Konsumen perlu mengetahui bahaya produk yang dihasilkan dari produk berlabel pestisida. Namun disetiap produk tidak semua terdapat label organik yang dapat menjamin keamanan pangan bagi para konsumen. Berikut merupakan tips yang dapat membantu konsumen dalam memilih makanan yang baik dan bergizi bagi kesehatan manusia.
Sumber: Majalah Nirmala
• Waspada pada label organik. Bisa saja ini hanya menjadi jargon untuk menjual, demikian wanti-wanti Dr Tan Shot Yen, dokter yang mensyaratkan pola makan dominan makanan segar dalam terapinya. Yang organik itu selalu bermanfaat buat tubuh manusia, karena sesuai kodratnya. Organik mestinya base on living things atau mentah.
• Produk pangan organik tidak mungkin dijual di sembarang tempat. Tidak ada sayur organik dijual di pasar induk. Jadi pastikan Anda mendatangi tempat yang benar untuk mendapatkan produk organik yang asli.
• Organik tidak harus selalu jelek penampilannya, misalnya berlubang. Dengan pengawasan pengelolaan yang intensif, bisa saja dihasilkan sayur-buah organik yang mulus.
• Walau cara penanaman tanpa bahan kimia, tapi produk organik tidak terjamin bebas bakteri beracun, Jadi sebelum dimakan, sayur organik (misalnya selada, tomat dan wortel) tetap harus dicuci dengan baik, yaitu dengan air kran lalu dibilas dengan air matang.
Jangan terjebak oleh label “organik” yang dipasang produsen untuk menjual produk olahan yang memang kurang nilai gizinya, misalnya produk olahan jenis cookies dengan kandungan gula, lemak traps, aroma sintetis dan sebagainya. “Meski ditambah label organik, junkfood ya tetap junkfood,” demikian penjelasan Marion Nestle, PhD, MPH, guru besar ilmu nutrisi di New York University. Jadi yang penting saat berbelanja, pertama-tama baca label lalu berpikirlah logis. Tanyakan pada diri sendiri sebelum makan sesuatu, apa manfaatnya bagi tubuh kita. Kalau memang tidak akan mendapatkan apa-apa, lupakan saja.
C.Dampak pestisida bagi Kesehatan Manusia
Penggunaan pestisida yang tidak sesuai peraturan justru dapat memicu terjadinya berbagai penyakit yang dapat membahayakan kehidupan manusia melalui berbagai penyebaran terutama melalui makanan seperti sayur-mayur, buah-buahan yang terkena residu pestisida.
Contoh pada laporan adanva pencemaran pestisida di dalam ASI ditemukan 83% sampel ASI tercemar dieldrin. Lalu 61% ASI mengandung pestisida heptochlor epoxide. Sebenarnya untuk melihat adanya pencemaran polutan relatif gampang. Bisa dilakukan pengetesan terhadap tanah. Tanah yang sudah terkontaminasi pestisida dalam kurun 15 tahun masih menyimpan kandungan pestisida sebanyak 40%. Kalau tanah tersebut lalu ditumbuhi tanaman tanaman yang dikonsumsi manusia, maka polutan akan terhisap pada tanaman tersebut dan dimakan olch manusia.
Efek negatif pestisida terhadap kesehatan sudah dibuktikan dalam banyak penelitian. Dalam jangka pendek barang kali bisa dilihat dari kasus kematian 27 anak sekolah di Filipina pada 2005. Mereka diduga bermain dengan pestisida yang di kira tepung terigu. Bahaya lain akan tampak dalam jangka panjang. yang mengonsumsi makanan yang tercemar pestisida, bila si ibu memberikan ASI kepada anaknya, maka tubuh si anak akan mengandung pestisida. Lalu anaknya itu akan menular kan lagi pestisida lewat makanan atau ASI dan seterusnya. Kandungan pestisida akan berkurang dan hilang. Namun apabila si anak tetap mengonsumsi makanan berba haya, selamanya pestisida tak akan lenyap secara turun-temurun penyakit
Efek negative dari residu pestisida ini digolongkan menjadi 2 bagian yaitu
√√Efek Langsung Keracunan Pestisida Kimia pada Manusia :
- Pernafasan = Batuk, Sesak Nafas.
- Pencernaan = Rasa Mual, Muntah, Diare.
- Syaraf = Rasa Pusing, Depresi, Pingsan, Kejang.
- Kulit = Kemerahan, Gatal-gatal, Berkerut.
√√Efek Tidak Langsung Keracunan Pestisida Kimia pada Manusia
- Kelainan Sel (Kanker)
- Kemandulan (Infertility)
- Penyakit Syaraf.
Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia
No Jenis Pestisida Jenis Penggunaan Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia
1 Asefat Insektisida Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi
2 Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah
3 BHC Insektisida Kanker, beracun pada alat reproduksi
4 Kaptan Insektisida Kanker, mutasi gen
5 Karbiral Insektisida Mutasi gen, kerusakan ginjal
6 Klorobensilat Insektisida Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi
7 Klorotalonis Fungisida Kanker, keracunan alat reproduksi
8 Klorprofam Herbisida Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
9 Siheksatin Insektisida Karsinogen
10 DDT Insektisida Cacat lahir, pengaruh kronis.
Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh),mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida sintesis. Saat itu, bahan kimia metil isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk dalam sejarah produksi pestisida sintesis.
Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen(Warlinson Girsang)

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan pestisida dalam makanan terutama untuk sayur dan buah di Indonesia sendiri sudah menjadi hal yang urgen bahkan dijadian dewa penyelamat bagi para petani.
Jika penggunaan pestisida ini ini tidak sesuai peraturan yang ditetapkan, bahkan hanya ingin mendapatan keuntungan semata, maka efek negatiflah yang justru menjadi perhatian bagi kita semua, terutama bagi para konsumen yang akan mengonsumsinya.
Perlunya pengetahuan bagi para konsumen dalam memilih produk makanan yang tidak mengandung pestisida sehingga dapat mencegah penyakit yang dapat ditimbulkan oleh residu estisida tersebut.
Pemilihan bahan makanan yang tidak mengandung pestisida tidak selalu menghasilkan produk hasil tani yang kurang mulus, banyak lubang akibat dimaan ulat, tapi jika pertanian di ndonesia mampu menggunakan produk pestisida yang ramah lingkungan kemungkinan dihasilkan produk pertanian yang bagus, dan kecil kemungkinan terdapatnya lubang yang dimaan oleh ulat tanaman buah dan sayur.
Jika residu pestisida sudah tercemar dalam makanan dan manusia mengonsumsinya dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya seperti yang sudah disebutkan dalam pembahasan.

B.SARAN
Setiap aspek bidang pekerjaan hendaknya saling mendukung untuk tetap terjaganya kelestarian hidup agar terjadi keseimbangan, tidak hanya pemerintah yang bekerja dalam menangani kasus-kasus pestisida tetapi juga pihak tenaga kesehatan, pertanian harus bersatu agar bisa menangani masalah pestisida yang dapa meracuni tubuh manusia ini.
Perlunya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bagi para konsumen, yakni memilih produk yang tidak terdapat label pestisida atau pestisida yang sudah dibatasi dan terbukti tidak beresiko boleh dikonsumsi jika sudah diuji kelayakannya oleh badan pemerintah.

tugas kesling

Latar Belakang Masalah
Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan. Hal tersebut dapat ditunjang dengan adanya perawatan yang baik dalam menjaga kesehatan hidup. Salah satu penunjang tersebut dapat dilihat dari tujuan keperawatan yaitu meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi mode, informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, konstektual dan residual.
Penerapan konsep model praktek bagi para perawat dapat diambil atau diadaptasi dari berbagai sember model yang telah berkembang sejak dahulu, yang sudah dikembangkan dan dikombinasikan oleh para pakar keperawatan. Konsep dan teori dari pakar keperawatan ini bisa dimanfaatkan sebagai panduan dan acuan dalam dunia keperawatan serta untuk mengetahui bagaimana batasan dan kewenangan yang diperbolehkan bagi perawat. .
Menjadi seorang perawat tidak hanya terampil dalam edukatif dan promosi kesehatan saja tetapi perlu adanya 4 macam elemen penting, seperti yang diungkapkan oleh Sister Callista Roy dalam teori dan model keperawatan yaitu : keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai teori dan model keperawatan menurut Roy akan dibahas pada bab berikutnya.

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model praktek Sister
Callista Roy.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Riwayat Hidup Callista Roy
Suster Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan Magister Saint in nurshing pada tahun 1966 di Universitas California Los Angeles. Setelah mendapat gelar perawat Roy memulai pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan ph.D tahun 1977 di universitas California.
Pada saat bekerja ditingkat magister, dalam sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Roy bekerja sebagai staf perawat pediatric dan mengumumkan daya lenting dari anak-anak dan menambahkan respon ke perubahan fisiologis-psikologis. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Konsep pokok dan model ini dikembangkan saat Roy lulus dari universitas di California Los Angeles dari tahun 1964 sampai tahun 1966. Roy mulai mengoperasikan modelnya pada tahun 1968 ketika Mount Saint Marys College menggunakan kerangka adaptasi yang didirikan oleh seorang Pisipol dari kurikulum keperawatan. Roy menyesuaikan model pertama yang di hadirkan dari literatur dalam artikel yang diterbitkan in nursing outlook pada tahun 1970.
Roy mengasosiasikan ke professor dan ketua dari departemen or nurshing di Mount Saint Marys College hingga 1982. dari tahun 1983-1985 Roy sebagai Robert wood Johnson Post Doctoral Fellow di universitas California San Fransisco sebagai sarjana perawat di Neuroscience. Selama ini Roy melakukan pencarian pada intervensi perawat bagian luka-luka dan pengalamannya dari perawat model pada klinik. Pada tahun 1988 Roy baru memulai menyusun lulusan teori perawat di Sekolah Boston College of Nursing.
Roy menerbitkan banyak buku, artikel periodical dan menghadirkan banyak kuliah dan workshops pada teori adaptasi perawatnya. Sebagian tentang budi pekerti dan uraian yang baru dari Roy Adaption Model ( RAM ) yang diterbitkan di buku The Roy Adaptoin Model merupakan ungkapan yang pasti.

Pada tahun 1981 Roy adalah seorang dari Sigma Theta Tau dan Roy pun menerima hadiah National Founder selama bertahan di Fosterus Proffesional Nurshing Standars. Prestasinya masuk pada tahun 1984 sebagai kehormatan dokter dari Humane Letters oleh Alverno College. Pada tahun 1985 mendapat kehormatan dokter dari timur Michigan University dan pada tahun 1986 A.J.N menghadiahi buku untuk model adaptasi utama Roy. Roy diakui di dunia siapa wanita itu ? kepribadian dari Amerika dan sebagai Follow of the American Academy of Nurshing.

B. Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
1. Focal stimuli : Individu segera menghadap
2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy
Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
1. tujuan eksistensi manusia
2. gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
3. aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
4. nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari konsep mayor Callista Roy,
a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan umpan balik.
b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan residual.
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam hubungannya di lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.

3.11. Model Konseptual Callista Roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
1. keperawatan : menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.

2. Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.

3. Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

4 Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.

3.1.2 TEORI PENEGASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
-Fungsi atau proses control yang terdiri dari
1.kognator
2.regulator
-Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu
1. fisiologi
2. konsep diri
3. Fungsi peran
4.Interpendensi
Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan

a.Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1.Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3.Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4.Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8.Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)

b.Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

c.Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d.Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

Berikut gambaran manusia sebagai sistem yang adaptif:

Input Control Effectors Output
Processes
Adaptive
Stimuli and
Adaptation Ineffective
Level responses

Feedback

teori adaptasi Roy

3.2 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan
Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat

4.2. SARAN
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998: Mosby
erathenurse.blogspot.com/…/model-konseptual-keperawatan.htm.
nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c
www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp

Sabtu, 13 Maret 2010

teori nursing

I. PENDAHULUAN
a. Sejarah singkat penemu teori keperawatan
Faye Glenn Abdellah lahir pada 13 Maret 1919, di kota New York. Pada 6 Mei 1937, di Jerman, di mana Abdellah dan keluarganya telah tinggal selama 18 tahun ketika itu .pesawat berbahan bakar hidrogen Hindenburg meledak di atas Lakehurst, New Jersey, kemudian Abdellah dan kakaknya berlari ke tempat kejadian untuk membantu. Dalam sebuah wawancara dengan seorang penulis Advance untuk Perawat, Abdellah bercerita: "Aku bisa melihat orang-orang melompat dari zeppelin dan aku tidak tahu bagaimana mengurus mereka, jadi sejak itulah aku bersumpah bahwa aku akan belajar keperawatan."

Prestasi pendidikan
Pada tahun 1942, Abdellah mendapatkan ijazah keperawatan diploma dengan hasil cum laude dari Fitkin Memorial Hospital's sekolah keperawatan New Jersey (sekarang sekolah keperawatan Ann Mei ).

Dia menerima gelar Bachelor of Science Degree tahun 1945, gelar Master of Arts di bidang 1947 dan Doktor Pendidikan di Teacher's College, Columbia University. Pada 1947 ia juga mengambil Master of Arts Degree in Fisiologi. Dengan pendidikan lanjutan, Abdellah bisa memilih untuk menjadi seorang dokter. Namun, saat ia menjelaskan dalam Perawat Advance untuk wawancara, "Aku tidak pernah ingin menjadi seorang dokter karena aku bisa melakukan semua yang ingin saya lakukan di panti, yang merupakan profesi yang peduli."

Sebagai Pendidik dan Peneliti.
Abdellah kemudian menjadi seorang panti instruktur, peneliti dan membantu mengubah fokus dari profesi untuk penyakit yang berpusat terhadap pasien terpusat. Dia memperluas peran perawat untuk mencakup perawatan keluarga dan orang tua.

Pada tahun 1957 tim riset di Manchester, yang dipimpin Abdellah yang membentuk dasar bagi apa yang dikenal sebagai progresif perawatan pasien. Dalam kerangka ini, perawatan kritis pasien dirawat di unit perawatan intensif, diikuti oleh sebuah transisi untuk perawatan segera, dan kemudian rumah perawatan. Abdellah dikontrak untuk mengembangkan unit perawatan koroner nasional pertama yang diuji sebagai hasil dari pekerjaannya di Manchester

Abdellah pada awalnya bekerja sebagai pengajar di Yale University School of Nursing. Pada waktu itu ia diminta untuk mengajar di kelas yang disebut "120 Prinsip-prinsip Praktek Keperawatan," menggunakan standar buku teks keperawatan yang diterbitkan oleh Liga Nasional Keperawatan yang mencakup pedoman yang tidak memiliki dasar ilmiah. Setelah satu tahun mengajar Abdellah menjadi begitu frustrasi, kemudian ia mengumpulkan rekan-rekannya di halaman Yale dan membakar buku pelajaran tersebut. Abdellah kemudian berkomentar terhadap teks tersebut : "Dari 120 prinsip saya diminta untuk mengajar, aku benar-benar menghabiskan sisa hidupku untuk mengajar, karena itu saya mulai mengejar dasar ilmiah praktek” lalu didirikan Nursing Standar

Dalam inovasi lain dalam bidangnya, Abdellah mengembangkan Penilaian Evaluasi perawatan Pasien (PACE), sistem standar yang digunakan untuk mengukur kualitas relatif perawatan kesehatan perorangan fasilitas yang masih digunakan dalam industri perawatan kesehatan abad ke-21. Dia juga adalah orang pertama dalam industri perawatan kesehatan untuk mengembangkan sebuah sistem klasifikasi untuk perawatan pasien dan berorientasi pada catatan pasien .

Keperawatan militer Layanan
Abdellah mengabdi selama 40 tahun di US Public Health Service (PHS) Ditugaskan Corps, sebuah cabang dari militer. Pada tahun 1981 ia diangkat sebagai wakil ahli bedah umum. Menjadi perawat pertama dan wanita pertama yang memegang posisi dan tahan posisi selama delapan tahun. Sebagai wakil ahli bedah umum itu, Abdellah bertanggung jawab untuk mendidik orang Amerika tentang isu-isu kesehatan masyarakat, dan ia bekerja dengan rajin di bidang AIDS, perawatan rumah sakit, merokok, kecanduan alkohol dan obat-obatan, cacat mental, dan kekerasan.
Dia juga mantan Kepala Nurse Officer untuk US Public Health Service, Department of Health and Human Services, Washington DC Dia adalah orang pertama yang bicara tentang perawatan gerontologi untuk melakukan penelitian di daerah itu, dan untuk mempengaruhi kebijakan publik tentang perawatan rumah. Dia bertanggung jawab untuk menetapkan standar rumah jompo di Amerika Serikat. Abdellah telah sering menyatakan bahwa perawat harus lebih terlibat dalam diskusi kebijakan publik. Dalam posisi pemerintah, Abdellah juga melanjutkan upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan lansia di Amerika.

b. Mengapa teori tersebut signifikan dalam dunia keperawatan

Teori keperawatan oleh Faye Glenn Adellah ini merupakan teori yang signifikan dalam dunia keperawatan, hal ini berkaitan dengan konsep dan teori yang digunakan saat ini oleh dunia keperawatan. Selain itu,
Adanya hubungan salah satu falsafah keperawatan dengan teori patient centered approach dari Faye Glenn Abdellah yaitu keduanya dalam proses keperawatan sama-sama berfokus pada pasien. Pada pasien tersebut tidak boleh hanya dijadikan objek semata melainkan sebagai subjek.

Salah satu falsafah keperawatan tersebut adalah memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.

Konsep dan teori yang diberlakukan oleh abdellah tersebut sangat relevan dalam dunia keperawatan.
Namun, dalam teori Abdellah tersebut tidak hanya pasien sebagai fokus keperawatan namun juga melibatkan perawat, dan keluarga pasien Dengan adanya fokus keperawatan pada pasien dan keluarga pasien, serta memperhatikan kebutuhan pasien dan permasalahan yang mungkin terjadi, maka tujuan keperawatan akan tercapai,

Jadi, penekanan yang diberlakukan dalam teori ini adalah memandang masalah pasien untuk menentukan proses perawatan yang dibutuhkan.

II. TEORI KEPERAWATAN FAYE GLENN ABDELLAH
Teori keperawatan yang dikembangkan oleh Faye Glen Abdellah et al (1960) meliputi pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual baik klien maupun keluarga. ketika menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan dan perkembangan manusia, komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar dan keterampilan keperawatan tertentu. Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan masalah dan juga sebagai pembuat keputusan. Perawat merumuskan gambaran tentang kebutuhan pasien secara individual, yang mungkin terjadi dalam bidang-bidang berikut ini :
a. Kenyamanan, kebersihan, dan keamanan.
b. Keseimbangan fisiologi
c. Faktor-faktor sosiologi dan komunitas.

Dari bidang-bidang di atas, Abdellah et al. (1960) mengidentifikasikan kebutuhan pasien secara spesifik, yang sering dikenal sebagai 21 masalah keperawatan Abdellah :

1. Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik
2. Mempertahankan aktivitas, latihan fisik, istirahat, dan tidur yang optimal.
3. Mencegah terjadinya kecelakaan, cidera, atau trauma lain dan mencegah meluasnya infeksi.
4. Mempertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencegah dan memperbaiki deformitas.
5. Memfasilitasi masukan oksigen ke seluruh sel tubuh.
6. Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh
7. Mempertahankan eliminasi
8. Memperthankan keseimbangan cairan dan elektrolit
9. Mengenali respons-respons fisiologis tubuh
10. Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi
11. Mempertahankan fungsi sensorik
12. Mengidentifikasi dan menerima ekspresi, perasaan dan reaksi positif dan negati.
13. Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbal balik antara emosi dan penyakit organik.
14. Mempertahankan komunikasi verbal dan non-verbal
15. Memfasilitasi perkembangan hubungan intertpersonal yang produktif
16. Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif
17. Menghasilkan dan/atau mempertahankan lingkungan yang tearpeutik
18. Memfasilitasi kesadaran akan diri sendiri sebagai individu yang memiliki kebutuhan fisik, emosi dan perkembangan yang berbeda
19. Menerima tujuan optimal yang dapat dicapai sehubungan dengan ketrebatasan fisik dan emosional
20. Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam mengatasi masalah yanag muncul akibat dari penyakit
21. Memahami peran dari masalah sosial sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam munculnya suatu penyakit.

Pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi :
1. Mengenali masalah keperawatan pasien
2. Menentukan tindakan yang tepat untuk mengambil dalam hal prinsip-prinsip keperawatan yang relevan
3. Memberikan perawatan kontinyu dari total kebutuhan individu
4. Terus-menerus menyediakan perawatan untuk mengurangi rasa sakit dan rasa tidak nyaman dan segera memberikan keamanan bagi individu
5. Menyesuaikan total rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan individu pasien
6. Membantu individu untuk menjadi lebih mengarahkan diri dalam mencapai atau mempertahankan kondisi sehat pikiran & tubuh
7. Memerintahkan perawat dan keluarga untuk membantu individu untuk dirinya sendiri yang ia dapat di dalam keterbatasan-keterbatasannya
8. Membantu individu untuk menyesuaikan diri dengan keterbatasan-nya dan masalah-masalah emosional
9. Bekerja dengan profesi kesehatan untuk kesehatan optimal lokal, negara bagian, nasional dan internasional
Terus-menerus melakukan evaluasi dan penelitian untuk meningkatkan teknik-teknik perawatan dan untuk mengembangkan teknik baru untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
Dasar-dasar FILOSOFIS TEORI
• Pendekatan pasien Abdellah terpusat untuk keperawatan yang dikembangkan secara induktif dari praktek dan dianggap teori kebutuhan manusia.
• Teori ini diciptakan untuk membantu pendidikan perawat dan yang paling berlaku untuk pendidikan perawat.
• Walaupun itu dimaksudkan untuk memandu perawatan orang-orang di rumah sakit, juga memiliki relevansi untuk perawatan dalam pengaturan masyarakat.
ASUMSI BESAR, KONSEP & HUBUNGAN
• Bahasa kerangka Abdellah dapat dibaca dan jelas.
• Konsisten dengan dekade di mana ia sedang menulis, ia menggunakan istilah 'dia' untuk perawat, 'dia' untuk dokter dan pasien, dan mengacu pada objek keperawatan sebagai 'pasien' daripada klien atau konsumen.
• Dia dimaksud diagnosis keperawatan selama waktu ketika perawat diajarkan bahwa diagnosis bukan hak prerogatif perawat.
Asumsi-asumsi yang terkait dengan
• Perubahan dan mengantisipasi perubahan-perubahan yang mempengaruhi keperawatan;
• Kebutuhan untuk menghargai keterkaitan usaha sosial dan masalah-masalah sosial;
• Dampak dari masalah seperti kemiskinan, rasisme, polusi, pendidikan, dan sebagainya pada penyediaan layanan kesehatan;
• Mengubah pendidikan keperawatan
• Melanjutkan pendidikan bagi perawat professional
• Pengembangan pemimpin keperawatan dari bawah kelompok reserved
Abdellah dan koleganya mengembangkan daftar dari 21 masalah. Mereka juga mengidentifikasi 10 langkah untuk mengidentifikasi masalah klien. 11 keterampilan keperawatan untuk digunakan dalam mengembangkan tipologi pengobatan
10 langkah untuk mengidentifikasi masalah klien
1. Belajarlah untuk mengetahui pasien
2. Urut dari data yang relevan dan signifikan
3. Membuat generalisasi tentang data yang tersedia dalam kaitannya dengan masalah-masalah keperawatan yang sama yang diajukan oleh pasien lain
4. Identifikasi rencana terapeutik
5. Uji generalisasi dengan pasien dan membuat generalisasi tambahan
6. Validasi pasien kesimpulan tentang masalah keperawatan
7. Lanjutkan untuk mengamati dan mengevaluasi pasien selama periode waktu tertentu untuk mengidentifikasi setiap petunjuk mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya
8. Jelajahi pasien dan reaksi keluarga terhadap rencana terapeutik dan melibatkan mereka dalam rencana
9. Mengidentifikasi bagaimana perasaan perawat tentang masalah perawatan pasien
10. Diskusikan dan mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif
11 keterampilan keperawatan
1. Observasi status kesehatan
2. Keterampilan komunikasi
3. Aplikasi pengetahuan
4. Pengajaran pasien dan keluarga
5. Perencanaan dan organisasi kerja
6. Penggunaan bahan-bahan sumber daya
7. Penggunaan sumber daya personil
8. Memecahkan masalah
9. Arah pekerjaan orang lain
10. Penggunaan terapeutik diri
11. Prosedur keperawatan

III. HUBUNGAN TEORI TERSEBUT DENGAN ELEMENT KEPERAWATAN

NURSING

Keperawatan merupakan profesi pelayanan . Abdellah dalam model perawatan adalah melakukan sesuatu untuk orang atau memberikan informasi kepada orang dengan tujuan memenuhi kebutuhan, meningkatkan atau memulihkan kemampuan menolong diri sendiri, atau mengurangi kerusakan.
keperawatan secara luas dikelompokkan ke dalam masalah-21 daerah untuk membimbing perawatan dan mempromosikan penggunaan penilaian menyusui.
Ia menganggap bahwa keperawatan untuk layanan yang komprehensif didasarkan pada seni dan ilmu pengetahuan dan bertujuan untuk membantu orang, sakit atau baik, mengatasi kebutuhan kesehatan mereka.

PERSON

Abdellah menggambarkan orang memiliki fisik, emosi, dan kebutuhan sosiologis. Kebutuhan ini dapat terbuka, yang terdiri dari sebagian besar kebutuhan fisik, atau tersembunyi, seperti emosional dan kebutuhan sosial.
* Pasien digambarkan sebagai satu-satunya pembenaran bagi keberadaan menyusui.
* Individu (dan keluarga) adalah penerima menyusui
* Kesehatan, atau mencapai itu, adalah tujuan dari pelayanan keperawatan.

KESEHATAN

Pada Pasien-Centered Approaches, kesehatan menuruti Abdellah merupakan penggambaran keadaan penyakit saling eksklusif.
Walaupun Abdellah tidak memberikan definisi dari kesehatan, ia berbicara kepada "total kebutuhan kesehatan" dan "keadaan sehat pikiran dan tubuh" dalam deskripsi keperawatan sebagai layanan yang komprehensif.


MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

Masyarakat yang termasuk dalam "perencanaan untuk kesehatan optimal adalah lokal, negara bagian, nasional, dan internasional". Namun, seperti yang ia digambarkan lebih lanjut ide-idenya, fokus dari pelayanan keperawatan jelas pada individu.
Lingkungan adalah rumah atau komunitas dari pasien yang datang.

IV. ANALISA
1. Aplikasi teori dalam praktek
Perawat memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan dan perkembangan manusia, komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar dan keterampilan keperawatan tertentu.
Aplikasi teori dalam praktek dari uraian di atas adalah:
1. Perawat mampu mengetahui masalah-masalah pasien berdasarkan perkembangan IPTEK dalam dunia keperawatan.
2. Perawat mampu melakukan komunikasi terapeutik dalam hubungan interpersonal
3. Perawat terampil dan cekatan dalam melaksanakan perawatan terhadap pasien
4. Perawat mampu mengetahui kondisi dan 21 masalah pasien
5. Perawat memberikan edukasi untuk keluarga pasien dan pasien itu sendiri

Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan masalah dan juga sebagai pembuat keputusan.
Aplikasi teori dalam praktek dari uraian di atas adalah :
a. Perawat membantu dalam membuat keputusan
b. Perawat mampu menempatkan diri sebagai pasien, sehingga mengetahui tindakan keperawatan yang harus di ambil
c. Perawat memberikan alternatif-alternatif yang bsa dijadikan solusi bagi pasien.



Perawat merumuskan gambaran tentang kebutuhan klien secara individual, yang mungkin terjadi dalam bidang-bidang berikut ini :
Aplikasi dari teori tersebut adalah
1. Kenyamanan, kebersihan, dan keamanan.
Dalam praktek keperawatan sangat dibutuhkan kebersihan ruang praktek, peralatan medis, dsb. Kenyamanan juga sangat dibutuhkan karena kenyamanan sangat mendukung proses kesembuhan pasien.
2. Keseimbangan fisiologi
Perawat mampu memeriksa keadaan fisiologis secara tepat dan akurat.
3. Faktor-faktor sosiologi dan komunitas.
Perawat mampu menciptakan lingkungan yang mendukung proses kesembuhan pasien.

2. Kepentingan teori terkait dengan keperawatan umum
a. Sebagai penunjang dan landasan dalam melakukan praktek keperawatan
b. Menyusun suatu model konsep dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai perawat.
c. Perawat mampu menganalisis keadaan pasien, hal tersebut digunakan dalam menentukan proses keperawatan dengan memperhatikan masalah pasien

3. Kepentingan teori terkait dengan keperawatan gigi
a. Sebagai landasan dalam melakukan penyuluhan edukasi kesehatan gigi
b. Sebagai landasan penyusunan model konsep dalam menjalankan praktek keperawatan gigi
c. Sebagai pedoman dalam menganalisis keadaan seorang pasien dengan memperhatikan 21 masalah pasien



V. KESIMPULAN
Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan:
pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual baik klien maupun keluarga. ketika menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan dan perkembangan manusia, komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar dan keterampilan keperawatan tertentu. Perawat merumuskan gambaran tentang kebutuhan klien secara individual, yang mungkin terjadi dalam bidang-bidang berikut ini :1. Kenyamanan, kebersihan, dan keamanan2. Keseimbangan fisiologi3. Faktor-faktor sosiologi dan komunitas.

Teori Abdellah menyediakan dasar untuk menentukan dan mengatur perawatan. Masalah juga menyediakan dasar untuk mengatur strategi perawatan yang tepat.
Hal ini diantisipasi bahwa dengan memecahkan masalah perawat, klien akan dipindahkan ke arah kesehatan.



















VI. REFERENSI
http://currentnursing.com/nursing_theory/Abdellah.html
Hidayah Alimul Aziz, 1997. ‘Konsep Dasar Keperawatan’.Jakarta : salemba Medika.