scient

scient
aboutz meE

Minggu, 14 Maret 2010

kesling " bahaya pestisida dalam makanan"


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Pestisida merupakan suatu produk yang sudah tidak asing lagi oleh telinga kita. Penggunaanya sudah merebak seperti jamur di tengah musim penghujan. Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida ini juga tidak kalah pentingnya dibicarakan karena dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan,. Sudah saatnya kita memikirkan bagaimana caranya agar hasil pertanian memiliki potensi yang baik ketika dipanen namun tidak menimbulkan dampak bagi kesehatan. Salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida yang ramah lingkungan atau pestisida alami.Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama
Menurut staff pengajar kopertis wilayah 1 Dpk. Fak. Pertanian USI menyatakan bahwa di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.
Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.
Kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minum

II. Rumusan Masalah
A. Bagaimana bahaya pestisida dalam makanan dan dampaknya bagi kesehatan manusia?
III. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui bahaya pestisida dalam makanan dan dampaknya bagi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

A.Bahaya Pestisida dalam Makanan dan Dampaknya bagi Kesehatan Manusia
A.1. Pencemaran
Bahaya pestisida dalam makanan berkaitan dengan pencemaran yang terjadi melalui rantai makanan dalam lingkungan. Pencemaran menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1982, menjelasan bahwa pencemaran adalah “ masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.
Kasus pencemaran oleh pestisida yang paling banyak merugikan justru dengan terkumpulnya pestisida tersebut di dalam organisme kecil di air. Organism yang telah menyerap pestisida, kemudian dimakan oleh ikan atau udang. sebenarnya kedua hewan ikan air tersebut telah mengalami dua kali keracunan pestisida ini, yaitu
1. dirinya sendiri telah keracunan pestisida melalui insang atau kulit,
2. Keracunan melalui makanannya
Akibatnya jumlah pestisida di dalm tubuh ikan dan udang yang sudah keracunan pestisida ini, walaupun belum mati, dimakan oleh manusia. Dan akhirnya manusia itu sendiri yang terkena racun pestisida tersebut(Kusno,1991)

A.1.2.Pestisida
Pengertian Pestisida Secara harfiah pestisida berarti pest killing agent atau bahan pembunuh hama. (Tan Malaka, 1994) Pengertian menurut Sub Dit P2 Pestisida (1990), adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan hama. Pengertian lain tentang pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus digunakan untuk:
-1. memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman.
- 2.memberantas rerumputan
- 3.mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
-4. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman.
- 5.memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan.
-6 .memberantas atau mencegah hama-hama air.
- 7.memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah, alat-alat angkutan, dan alat-alat pertanian.
-8. memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang dapat menyebabkan penyakit yang perlu dilindungi.
(Syamsuir Munaf, 1997, Depkes RI, 1985)
Jenis pestisida dan gejalanya
a..Paraquat
Paraquat adalah bahan racun yang sangat kuat yang dapat mengakibatkan luka serius pada kulit, mata, hidung, dan tenggorokan.Paraquat dapat menyebabkan bisul pada kulit dan tenggorokan, dan juga pendarahan hebat pada hidung. Paraquat merusak kuku jari, kadang hingga lepas. Paraquat juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati dan ginjal. Paraquat dapat menyebabkan luka pada paru-paru yang dapat menyebabkan kematian kerena sulit bernafas.
Paraquat dalam jumlah yang sedikit sekalipun dapat menyebabkan kematian, terutama jika zat ini ditelan. Banyak pekerja yang mati karena paraquat yang diserap tubuh melalui kulit. Paraquat telah menyebabkan kematian di berbagai penjuru dunia.
b.Metal bromide
Metil bromida adalah suatu gas yang tidak berwarna dan tidak berbau (dalam kadar kecil). Karena itulah maka gas chloropicrin sering kali ditambahkan dalam formula metil bromida agar dapat lebih mudah dilacak keberadaannya.
Metil bromida sangat berbahaya dan dapat menyebabkan luka pada paru-paru, menyebabkan sulit bernafas, pneumonia, dan berkumpulnya cairan di paru-paru. Gejala-gejala ini mungkin baru akan muncul setelah beberapa jam terkena pestisida. Jika zat ini terkena ke kulit, akan menyebabkan gatal-gatal, melepuh, atau bahkan luka bakar yang serius.
Beberapa korban keracunan metil bromida yang selamat mungkin menderita kerusakan permanen pada sistem syarafnya yang akan menyebabkan perubahan kepribadian, kehilangan ingatan, kecemasan, sulit berkonsentrasi, dan masalah mental lainnya.
c.Organofosfat
Jenis pestisida yang paling beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat dan Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya karena mereka menyerang cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh sistem syaraf kita agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini menurunkan kadar cholinesterase dan hal inilah yang memunculkan gejala-gejala keracunan.
Pestisida Meracuni Tubuh Manusia
√√Melalui kulit
Hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit. Ketika petani memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida terkena pada kulit atau pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.
√√Melalui pernapasan
Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau pada orang-orang yang ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat
√√Melalui mulut
Hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak, ketika seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.
B. Pestisida dalam Makanan
Salah satu program kesehatan adalah memberian penyuluhan mengenai pentingnya intake makanan yang begizi seperti sayur dan buah. Namun, sayur dan buah juga harus diperhatikan dari segi kandungan pestisida yang terdapat didalamnya.
Buah-buahan dan sayuran, Selama proses penanaman pemanenan, penyimpanan, dan pengangkutan ke pasar, buah dan sayuran berpeluang terkontaminasi bahan kimia pertanian aseperti residu pestisida, antibiotik pertanian, pupuk dan bahan perangsang tumbuh. Karena itu sebelum diolah dan dikonsumsi, buah dan sayuran harus dicuci terlebih dahulu dengan air bersih.Kerusakan yang sering terjadi adalah karena benturan fisik, serangan serangga dan serangan mikroorganisme. Buah dan sayuran yang rusak terlihat busuk, berubah warna dan rasa, serta berlendir.
Keamanan pangan merupakan hal yang penting dalam kehidupan, dan terdapat relevansi atau dampak bagi perlindungan tanaman. Keamanan pangan (Untung,2007) menyebutkan bahwa keamanan pangan adalah sebuah system yang digunakan untuk menjamin agar pangan tidak tercemar oleh organisme penyakit atau bahan kimia yang berbahaya sehingga tidak turut dikonsumsi oleh manusia. Rangkaian tahapan proses produksi, pengolahan dan pemasaran, yait mulai dari lahan pertanian sampai dengan pangan di atas meja, merupakan tahapan penting dalam menjamin keamanan pangan produ yang akan dikonsumsi.
Namun, batasan penggunaan pestisida dalam tumbuhan tidak sesuai dengan batas maksimum kandungan cemaran di dalam pangan dan produk pertanian seperti nilai Batas Maksimum Residu Pestisida (BPMR).
Berdasarkan fakta bahwa saat ini penggunaan pestisida jenis insektisida digunakan mencapai 70% dari total pestisida kimia yang digunakan di Indonesia.. jenis-jenis tanaman tersebut adalah padi, keledai, sayuran, buah-buahan, dan tanaman perkebunan.
Pestisida yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsungterkena sinar matahari. Pestisida dapat mengalami fotodekomposisi di udara. Dalam udara pestisida mengalami perkolasi atau ikut terbang menurut aliran angin. Makin halus butiran larutan makin besar kemungkinan ia ikut perlokasi dan makin jauh ikut diterbangkan arus angin.
Sebagian pestisida jatuh pada tanaman, melekat dan menyebar menutup permuaan tanaman. Bagi pestisida yang tidak sistemikmungkin sebagian kecil dapat masuk melalu mulut daun atau terserap dalam tubuh tanaman.
Fakta Penggunan Pestisida dalam Makanan (sayur dan buah) oleh Warlinson Girsang
Dewasa ini, residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan dalam jaringan tubuh bayi yang dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh sekaligus cacat mental.
Belakangan ini, masalah residu pestisida pada produk pertanian dijadikan pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Media massa pernah memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan akhirnya dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas. Demikian juga pruduksi sayur mayur dari Sumatera Utara, pada tahun 80-an masih diterima pasar luar negeri. Tetapi kurun waktu belakangan ini, seiring dengan perkembangan kesadaran peningkatan kesehatan, sayur mayur dari Sumatera Utara ditolak konsumen luar negeri, dengan alasan kandungan residu pestisida yang tidak dapat ditoleransi karena melampaui ambang batas..
Pada tahun 1996, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian sebenarnya telah membuat keputusan tentang penetapan ambang batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian. Namun pada kenyatannya, belum banyak pengusaha pertanian atau petani yang perduli. Dan baru menyadari setelah ekspor produk pertanian kita ditolak oleh negara importir, akibat residu pestisida yang tinggi. Diramalkan, jika masih mengandalkan pestisida sintesis sebagai alat pengendali hama, pemberlakuan ekolabelling dan ISO 14000 dalam era perdagangan bebas, membuat produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing dan tersisih serta terpuruk di pasar global.
Rantai Setan Berputar
Penyemprotan DDT, sisa menempel pada tanaman, biji-bijian, dan masuk perairan → daun dimakan hewan → ikan dapat residu dari plankton, udang, ikan kecil, → bebe makan ikan di sungai → manusia makan ikan, menyemblih kambing/sapi dsb, memetik sayur-sayuran
kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan.
Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minum.
Pentingnya pemilihan produk bagi konsumen dalam rangka menghindari pencemaran residu pestisida dalam makanan baik sayur dan buah. Konsumen perlu mengetahui bahaya produk yang dihasilkan dari produk berlabel pestisida. Namun disetiap produk tidak semua terdapat label organik yang dapat menjamin keamanan pangan bagi para konsumen. Berikut merupakan tips yang dapat membantu konsumen dalam memilih makanan yang baik dan bergizi bagi kesehatan manusia.
Sumber: Majalah Nirmala
• Waspada pada label organik. Bisa saja ini hanya menjadi jargon untuk menjual, demikian wanti-wanti Dr Tan Shot Yen, dokter yang mensyaratkan pola makan dominan makanan segar dalam terapinya. Yang organik itu selalu bermanfaat buat tubuh manusia, karena sesuai kodratnya. Organik mestinya base on living things atau mentah.
• Produk pangan organik tidak mungkin dijual di sembarang tempat. Tidak ada sayur organik dijual di pasar induk. Jadi pastikan Anda mendatangi tempat yang benar untuk mendapatkan produk organik yang asli.
• Organik tidak harus selalu jelek penampilannya, misalnya berlubang. Dengan pengawasan pengelolaan yang intensif, bisa saja dihasilkan sayur-buah organik yang mulus.
• Walau cara penanaman tanpa bahan kimia, tapi produk organik tidak terjamin bebas bakteri beracun, Jadi sebelum dimakan, sayur organik (misalnya selada, tomat dan wortel) tetap harus dicuci dengan baik, yaitu dengan air kran lalu dibilas dengan air matang.
Jangan terjebak oleh label “organik” yang dipasang produsen untuk menjual produk olahan yang memang kurang nilai gizinya, misalnya produk olahan jenis cookies dengan kandungan gula, lemak traps, aroma sintetis dan sebagainya. “Meski ditambah label organik, junkfood ya tetap junkfood,” demikian penjelasan Marion Nestle, PhD, MPH, guru besar ilmu nutrisi di New York University. Jadi yang penting saat berbelanja, pertama-tama baca label lalu berpikirlah logis. Tanyakan pada diri sendiri sebelum makan sesuatu, apa manfaatnya bagi tubuh kita. Kalau memang tidak akan mendapatkan apa-apa, lupakan saja.
C.Dampak pestisida bagi Kesehatan Manusia
Penggunaan pestisida yang tidak sesuai peraturan justru dapat memicu terjadinya berbagai penyakit yang dapat membahayakan kehidupan manusia melalui berbagai penyebaran terutama melalui makanan seperti sayur-mayur, buah-buahan yang terkena residu pestisida.
Contoh pada laporan adanva pencemaran pestisida di dalam ASI ditemukan 83% sampel ASI tercemar dieldrin. Lalu 61% ASI mengandung pestisida heptochlor epoxide. Sebenarnya untuk melihat adanya pencemaran polutan relatif gampang. Bisa dilakukan pengetesan terhadap tanah. Tanah yang sudah terkontaminasi pestisida dalam kurun 15 tahun masih menyimpan kandungan pestisida sebanyak 40%. Kalau tanah tersebut lalu ditumbuhi tanaman tanaman yang dikonsumsi manusia, maka polutan akan terhisap pada tanaman tersebut dan dimakan olch manusia.
Efek negatif pestisida terhadap kesehatan sudah dibuktikan dalam banyak penelitian. Dalam jangka pendek barang kali bisa dilihat dari kasus kematian 27 anak sekolah di Filipina pada 2005. Mereka diduga bermain dengan pestisida yang di kira tepung terigu. Bahaya lain akan tampak dalam jangka panjang. yang mengonsumsi makanan yang tercemar pestisida, bila si ibu memberikan ASI kepada anaknya, maka tubuh si anak akan mengandung pestisida. Lalu anaknya itu akan menular kan lagi pestisida lewat makanan atau ASI dan seterusnya. Kandungan pestisida akan berkurang dan hilang. Namun apabila si anak tetap mengonsumsi makanan berba haya, selamanya pestisida tak akan lenyap secara turun-temurun penyakit
Efek negative dari residu pestisida ini digolongkan menjadi 2 bagian yaitu
√√Efek Langsung Keracunan Pestisida Kimia pada Manusia :
- Pernafasan = Batuk, Sesak Nafas.
- Pencernaan = Rasa Mual, Muntah, Diare.
- Syaraf = Rasa Pusing, Depresi, Pingsan, Kejang.
- Kulit = Kemerahan, Gatal-gatal, Berkerut.
√√Efek Tidak Langsung Keracunan Pestisida Kimia pada Manusia
- Kelainan Sel (Kanker)
- Kemandulan (Infertility)
- Penyakit Syaraf.
Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia
No Jenis Pestisida Jenis Penggunaan Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia
1 Asefat Insektisida Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi
2 Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah
3 BHC Insektisida Kanker, beracun pada alat reproduksi
4 Kaptan Insektisida Kanker, mutasi gen
5 Karbiral Insektisida Mutasi gen, kerusakan ginjal
6 Klorobensilat Insektisida Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi
7 Klorotalonis Fungisida Kanker, keracunan alat reproduksi
8 Klorprofam Herbisida Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
9 Siheksatin Insektisida Karsinogen
10 DDT Insektisida Cacat lahir, pengaruh kronis.
Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh),mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida sintesis. Saat itu, bahan kimia metil isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk dalam sejarah produksi pestisida sintesis.
Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen(Warlinson Girsang)

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan pestisida dalam makanan terutama untuk sayur dan buah di Indonesia sendiri sudah menjadi hal yang urgen bahkan dijadian dewa penyelamat bagi para petani.
Jika penggunaan pestisida ini ini tidak sesuai peraturan yang ditetapkan, bahkan hanya ingin mendapatan keuntungan semata, maka efek negatiflah yang justru menjadi perhatian bagi kita semua, terutama bagi para konsumen yang akan mengonsumsinya.
Perlunya pengetahuan bagi para konsumen dalam memilih produk makanan yang tidak mengandung pestisida sehingga dapat mencegah penyakit yang dapat ditimbulkan oleh residu estisida tersebut.
Pemilihan bahan makanan yang tidak mengandung pestisida tidak selalu menghasilkan produk hasil tani yang kurang mulus, banyak lubang akibat dimaan ulat, tapi jika pertanian di ndonesia mampu menggunakan produk pestisida yang ramah lingkungan kemungkinan dihasilkan produk pertanian yang bagus, dan kecil kemungkinan terdapatnya lubang yang dimaan oleh ulat tanaman buah dan sayur.
Jika residu pestisida sudah tercemar dalam makanan dan manusia mengonsumsinya dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya seperti yang sudah disebutkan dalam pembahasan.

B.SARAN
Setiap aspek bidang pekerjaan hendaknya saling mendukung untuk tetap terjaganya kelestarian hidup agar terjadi keseimbangan, tidak hanya pemerintah yang bekerja dalam menangani kasus-kasus pestisida tetapi juga pihak tenaga kesehatan, pertanian harus bersatu agar bisa menangani masalah pestisida yang dapa meracuni tubuh manusia ini.
Perlunya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bagi para konsumen, yakni memilih produk yang tidak terdapat label pestisida atau pestisida yang sudah dibatasi dan terbukti tidak beresiko boleh dikonsumsi jika sudah diuji kelayakannya oleh badan pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar