scient

scient
aboutz meE

Senin, 10 Mei 2010

karya anak ikg


BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG MASALAH

Muslimah merupakan sosok yang komplek yang tidak bisa dibahas secara tersendiri karena setiap permasalahan selalu terkait antara satu dengan yang lainnya. Peran dan permasalahan yang komplek tersebut menyiratkan bahwa muslimah tidak bisa bergerak untuk menjadi lebih baik untuk dirinya sendiri, bahkan untuk dunia.
Hal tersebut tidak menutup kemungkinan muslimah sendiri sudah tercover dengan ketidakberdayaan untuk menjadi muslimah yang qowiy dan mengorganisir suatu keadaan. Justru wanita/muslimah dipandang sebagai sosok yang tidak patut dilibatkan dalam permasalahan, terlebih permasalahan dunia.
Tetapi saat ini persepsi itu harus kita ubah. Tak selamanya muslimah itu adalah makhluk yang terkekang dengan aktivitas-aktivitas intern bahkan aktivitas rumahan. Jika mampu berusaha muslimah akan menjadi pewarna dunia, bahkan memimpin dunia. Dan betapa Islam sangat menjunjung tinggi nilai wanita dengan hadist yang menyatakan bahwa wanita adalah tiang negara, apabila wanitanya baik maka baiklah negara itu dan begitu pula sebaliknya.
Pemuda adalah tokoh penggerak dalam suatu negara, apalagi seorang mahasiswa yang tentunya lebih intelek daripada pemuda yang tidak mendapat kesempatan belajar lebih tinggi. Salah satunya adalah UGM, yang menjadi universitas tertua di Indonesia. Dapat kita bayangkan betapa banyaknya muslimah di universitas ini. Dan betapa indahnya di saat semua mahasiswa muslimah ini dapat bersatu untuk berkontribusi memecahkan masalah di negeri ini, bahkan masalah dunia.
Peran muslimah sebagai pembina generasi muda menempati posisi utama dengan tugas, kewajiban dan hak yang ditaqdirkan oleh Allah dan generasi muda intelektual sebagai pembawa tongkat estafet perjuangan dan cita-cita bangsa .
Membicarakan permasalahan, saat ini permasalahan global warming telah menjadi momok dunia. Global warming sendiri masih menjadi konsumsi dan wacana elite karena kurangnya sosialisasi informasi kepada masyarakat luas.
Mayoritas kajian akademik dan penelitian tentang global warming baru dilakukan dalam 2 perspektif : ilmu pengetahuan- teknologi dan kebudayaan serta sedikit sekali kajian serius yang melihat masalah global warming dari perspektif keagamaan (islam). Global warming juga belum banyak disinggung dalam ceramah-ceramah agama. Kalaupun ada, pembahasan dan sikap terhadap global warming bersifat retorika normatif, menghakimi, dan tidak jarang yang bermetafatalistik (Abu Fatiah).
Banyak organisasi yang telah berdiri untuk memecahkan masalah ini, lantas sebagai mahasiswa muslimah apa yang dapat kita lakukan untuk memecahkan permasalahan dunia ini? Mari menunjukkan kontribusi dan jadikan muslimah mewarnai dunia.


B. RUMUSAN MASALAH

Dari pendahuluan yang yang telah dijabarkan di atas dapat dirumuskan masalah bagaimana peran muslimah UGM dalam menanggapi global warming?





C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar kepedulian mahasiswa muslimah UGM dalam menanggapi global warming.
2. Langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk menangani global warming.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. MUSLIMAH
1. Kedudukan Muslimah dalam Islam
Pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia baik pria maupun wanita, semata-mata ditujukkan agar mereka mampu mendarmabaktikan dirinya untuk mengabdi kepada-Nya. Dengan demikian islam mengajarkan kepada umatnya bahwa antara pria dan wanita sama sekali tidak memiliki perbedaan-perbedaan kedudukan, baik kedudukan sebagai hamba Allah, anggota keluarga, isteri, ibu rumah tangga, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara. Ketentuan yang menetapkan bahwa kedudukan wanita sama dengan pria dinyatakan dalam QS: Al-Hujurat : 13.
2. Hak-hak Muslimah
Quran berbicara tentang Al Quran di berbagai surah dan ayatnya. Secara umum, Q.S. An-Nisa’: 32 menunjukkkan pada hak-hak perempuan: “bagi lelaki hak/bagian dari apa yang dianugerahkan kepadanya/diusakannya dan bagi perempuan hak/bagian dari apa yang dianugerahkan kepadanya/diusahakannya.” Perempuan memiliki tugas utama untuk berada di dalam rumah, tetapi bukan berarti melarang mereka untuk keluar rumah karena perempuan-perempuan di zaman Nabi pun banyak yang aktif bekerja, seperti Ummu Salim binti Malhan sebagai perias pengantin, istri-istri Nabi ada pula yang menjadi perawat/bidan, Khadijah binti Khuwailid yang sukses dengan perdagangannya.
Demikian sedikit dari banyak contoh yang terjadi pada masa Rasul saw. menyangkut keikutsertaan perempuan dalam berbagai bidang usaha dan pekerjaan sehingga sebagian ulama menyimpulkan bahwa Islam membenarkan perempuan aktif dalam berbagai aktivitas selama masih dalam suasana terhormat, sopan, dapat memelihara kehormatan agamanya dan menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.


B. HAKIKAT PEMANASAN GLOBAL

Secara definit bisa disimpulkan bahwa pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi yang disebabkan oleh kegiatan manusia.
Meningkatnya temperatur global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola prespitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Laporan IPCC menyebutkan bahwa manusia sebagai biang utama pemanasan global. Emisi gas rumah kaca mengalami kenaikan 70 persen antara 1970-2004. Kinsentrasi gas karbondioksida diatmosfer jauh lebih tinggi dari kandungan alaminya. Rata-rata temperatur global telah naik 1,3 derajat fahrenheit (setara 0,72 derajat celcius) dalam 100 tahun terakhir. Muka air laut mengalami kenaikan rata-rata 0,175 cm setiap tahun sejak 1961.
1. Fiqih Global Warming
(Abu Fatiah Al-Adnani, global warming: 149) saat ini hampir seluruh penduduk dunia merasakan suhu udara yang semakin panas. Kekeringan terjadi dimana-mana. Musim yang tidak menentu menyebabkan gagal panen, terutama di kalangan petani tradisional. Mencairnya gletser dan bongkahan es telah menyebabkan naiknya permukaan air laut. Jika tidak segera dilakukan langkah penyelamatan, akan semakin banyak spesies makhluk hidup yang punah. Bisa jadi “kiamat” akan terjadi lebih cepat karena kerusakan alam yang sangat parah dan berbagai bentuk bencana alam.
Global warming sendiri masih menjadi konsumsi dan wacana elit karena kurangnya sosialisasi informasi kepada masyarakat luas.
Global warming masih dipahami sebagai takdir Tuhan yang tidak bisa diubah oleh manusia. Sebagaimana bencana alam yang terjadi bertubi-tubi, global warming merupakan ujian, hukuman, dan kutukan Tuhan atas dosa-dosa manusia. Solusi yang ditawarkan juga bersifat spiritualitas melalui dzikir verbal dan pertobatan seremonial.
2. Konsep Dasar Al Quran dan As Sunah dalam Menjaga Lingkungan
Islam adalah agama terakhir yang diridhoi Allah untuk seluruh umat jin dan manusia. Sebagai satu-satunya pedoman hidup mereka, islam yang bersumber pada Al Quran dan As Sunah telah memberi tuntunan bagi semua aspek kehidupan mereka. Mulai dari masalah yang paling kecil dan remeh, hingga masalah yang paling besar dan fundamental. Perkara-perkara yang bersifat baku dan tidak mengalami perubahan meski berubah waktu dan tempat, diatur oleh Al-Quran dan As-Sunah dengan aturan yang rinci.
Masalah pelestarian lingkungan dan alam sekitar tidak luput dari tuntunan global Al- Quran dan As-Sunah. Sekiranya umat manusia menjalankan tuntunan umat tersebut dengan konsekuen, niscaya tidak akan nampak kerusakan di udara, tanah, dan air.
Dan potongan surat ini akan menjadi refleksi seorang manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi.
“ Telah tampak kerusakan di bumi dan di laut disebabkan karena karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Ruum: 41)





BAB III
PEMBAHASAN

Dilihat dari segi kuantitas, mahasiswi muslimah di UGM menempati posisi pertama dibandingkan dengan mahasiswa muslim. Dari segi kuantitas tersebut dapat disimpulkan bahwa peran dan penanganan permasalahan yang dapat dilakukan dan dipecahkan juga semakin kompleks dan ringan tergantung kualitas dari setiap individu muslimah.
Muslimah UGM dituntut tidak hanya pintar dari segi intelektual, namun juga dipacu untuk peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar serta permasalahan yang dihadapi dunia saat ini.
Permasalahan yang saat ini menjadi momok bagi penduduk dunia adalah global warming.
Namun, mayoritas kajian akademik dan penelitian tentang global warming baru dilakukan dalam 2 perspektif : ilmu pengetahuan- teknologi dan kebudayaan serta sedikit sekali kajian serius yang melihat masalah global warming dari perspektif keagamaan (islam). Global warming juga belum banyak disinggung dalam ceramah-ceramah agama kalaupun ada, pembahasan dan sikap terhadap global warming bersifat retorika normatif, menghakimi, dan tidak jarang yang bermetafatalistik.(Abu Fatihah)


PERAN MUSLIMAH UGM BERBASIS KPK (Kembali pada Konsep Dasar, Pemanfaatan Momen dan Komunitas Riset): DALAM MENANGGAPI ISU GLOBAL WARMING

Mahasiswa sebagai kalangan terpelajar karena memiliki kapasitas keilmuan yang memadai dan tingkat rasionalitas yang tinggi, sudah selayaknya memberikan perhatian dan kepedulian terhadap apa yang terjadi di lingkungannya baik di tingkat lokal maupun global. Ada dua macam perspektif yang dapat digunakan untuk melihat peran mahasiswa, yang pertama dalam perspektif gerakan mahasiswa, mahasiswa memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai agen perubahan (agent of change), kontrol sosial (social control), dan sebagai calon-calon pemimpin di masa yang akan datang (iron stock). Yang kedua dalam perspektif perguruan tinggi, perguruan tinggi (atau civitas academica, di mana mahasiswa menjadi salah satu bagiannya) memiliki tiga fungsi (tri dharma perguruan tinggi), yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Fungsi-fungsi itulah yang kemudian menjadi tanggung jawab moral bagi mahasiswa di dalam kiprahnya di tengah-tengah masyarakat.
1. Kembali pada Konsep Dasar
Yang dimaksud dengan kembali pada konsep dasar di sini adalah sebagai seorang muslimah maka yang menjadi dasar kita dalam melakukan sesuatu adalah Al Quran dan As Sunah. Di sana telah terperinci semua aturan dari yang paling remeh sampai yang komplek. Apabila kita membuka mushaf, lembar demi lembar, niscaya kita akan menemukan demikian banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk memerhatikan dan memelihara lingkungan dan alam sekitarnya, seperti:
a. Tentang tanaman: Q.S. Yasin: 33-35, Q.S. Qaf: 7-11
b. Tentang air sebagai sarana vital kehidupan: Q.S. An-Nahl: 10-11, Q.S. Al-Anbiya’: 30
c. Tentang gunung: Q.S. An-Naba’: 6, Q.S. An-Naziat: 32, An-Naml: 88
d. Tentang sungai: Q.S. Al-Baqarah: 266, Ibrahim: 32, Al-Isra’: 91
e. Tentang lautan: Q.S. Al-Maidah: 96, An-Nahl: 14, Al-Isra’ 66-69
f. Tentang tanah: Q.S. Ar-Ra’d: 4
g. Tentang angin: Q.S. Asy-Syuro: 33, Yunus: 22, Al-Hijr: 22
h. Tentang logam dan barang tambang: Q.S. Al-Hadid: 25, Ar-Ra’d: 17, Ar-Rahman: 35
Selain untuk menarik perhatian manusia kepada usaha dan pemeliharaan dan pemanfaatan alam sekitar secara benar, tujuan ayat-ayat tersebut adalah untuk meningkatkan kadar ilmu, keimanan, dan kesyukuran umat manusia kepada Allah. Dari sini bisa disimpulkan bahwa perhatian Al Quran terhadap masalah lingkungan dan alam sekitar sangatlah besar. Dengan memerhatikan masalah lingkungan dan alam sekitar, seorang muslim mampu meningkatkan kadar keimanan, kesyukuran dan ibadah kepada Allah.
2. Pemanfaatan Momen
Di UGM tentunya banyak organisasi yang sering mengadakan acara-acara. Baik acara keagamaan maupun acara-acara umum. Salah satunya adalah Annisa Week ini yang merupakan acara kemuslimahan di UGM. Terkadang sebuah organisasi mengadakan acara hanya sekadar untuk memenuhi program kerja saja dan bahkan kadang hanya mencontek proker-proker yang sebelumnya. Salah satu tugas mahasiswa adalah menjadi agen perubahan, oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harusnya mampu mengubah momen-momen yang dilakukan di organisasi tersebut dengan hal-hal yang menggebrak dan lebih bermanfaat untuk masyarakat.
Sebagai contoh adalah Dharma Wanita KBRI Berlin yang menyulap acara Hari Ibu mereka dengan acara peduli global warming. Acara ini diisi dengan pengelolaan sampah dan ceramah ilmiah kebersihan dan kesehatan lingkungan. Dari contoh ini bukankah dapat menginspirasi kita untuk memanfaatkan momen yang dilakukan di organisasi kemuslimahan untuk lebih peduli pada global warming dengan acara-acara ramah lingkungan.
3. Komunitas Riset
Saat ini isu global warming memacu kaum muslim untuk turut andil dalam menanggapi bahkan mengurangi dampak global warming. Sebuah gerakan yang dilakukan umat muslim dicanangkan oleh Ismid Hadad, ketua komite penyelenggara tersebut, sebelum penutupan konferensi di IPB International Convention Center, Kota Bogor yang menghasilkan persetujuan muslim dunia mengingat antara lain bahwa masalah perubahan iklim dan pemanasan global merupakan perhatian muslim dunia sebagaimana umat di belahan dunia lainnya.
Melalui sumber (Kompas 12 April 2010) Komunike itu antara lain berisi persetujuan bahwa muslim dunia harus memelajari Al Quran serta sejarah keilmuan dan peradaban Islam dalam mengenal dan memanfaatkan dunia secara berkelanjutan. Muslim dunia ke depan menjadi jangkar dalam pembangunan sesuai paradigma keseimbangan lingkungan hidup menyeluruh (holistik).
Langkah strategis apa yang dapat diambil oleh mahasiswa khususnya muslimah UGM dalam menunaikan tanggung jawab moralnya apabila dikaitkan dengan isu pemanasan global tentu akan sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Gerakan mahasiswa muslimah saat ini juga harus bertansformasi apabila ingin mendapatkan kemaslahatan masyarakat yang lebih tinggi. Dulu yang semata-mata gerakan moral maka diubah paradigmanya menjadi gerakan moral sosial yang secara sederhananya dapat diartikan tidak hanya sebuah gerakan reaksioner tetapi juga merupakan gerakan yang turut memikirkan isu-isu yang berkembang di masyarakat.
Terinspirasi dari komunike yang diadakan di Bogor tersebut maka organisasi kemuslimahan pun juga harus membuat sebuah wadah untuk menampung aspirasi anggota-anggotanya untuk kepedulian terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat, salah satunya adalah pemanasan global. Karena mahasiswa dipandang sebagai kaum intelek, maka yang dapat dilakukan dan tak jauh dari predikat itu adalah mendirikan sebuah organisasi kemuslimahan yang berbasis riset. Akhir-akhir ini banyak lomba-lomba riset peduli lingkungan baik nasional maupun internasional. Untuk bertempur di ranah yang lebih luas tentunya membutuhkan amunisi yang super agar menghasilkan sesuatu yang maslahat untuk semuanya. Di saat hasil riset kita adalah amunisi yang hebat dan diakui, tentunya akan dimanfaatkan di masyarakat untuk menanggulangi pemanasan global. Nah di sinilah akan kita tunjukkan bahwa muslimah pun mampu mewarnai bahkan memengaruhi dunia.







BAB IV
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Telah tampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan mereka (manusia) Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar (QS: Ar-Ruum: 41)
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa muslimah intelektual bisa dan mampu dalam menanggapi dan melakukan gerakan dalam permasalahan isu terhangat abad 21 yaitu global warming.
Tiga hal penting yang penulis ajukan sebagai peran atau langkah bagi muslimah UGM dalam menanggapi isu global warming ini dengan rumusan KPK yaitu :
1. Kembali kepada konsep dasar Al-Quran dan As-Sunah tentang menjaga lingkungan
2. Pemanfaatan “momen” yang berorientasi pada kegiatan cinta lingkungan
3. Komunitas berbasis riset

Ketiga hal tersebut bukanlah salah satu jalan dalam mengentaskan dan menjamin 100% akan berkurangnya isu global warming, sebab dunia telah dikepung oleh peradaban global, peradaban sampah, peradaban barat yang konsumtif , hedonis, dan rakus yang menggiring seluruh dunia kepada kehancuran total, dan sayangnya hampir semua manusia tidak menyadarinya (Abu Fatiah)
Saat ini persoalannya adalah bukan bagus atau tidaknya solusi, namun seberapa besar jumlah total penduduk termasuk mahasiswa intelektual yang peduli dan mau melaksanakan semua pesan, bahkan menurut penulis global warming yaitu Abu Fatiah menyatakan bahwa persoalan yang terpenting adalah seberapa kuat kita keluar dari zona nyaman yang selama ini sudah menjadi karakter bahkan memfosil dalam fikiran dan jasad kita.

B. SARAN
Bagi pembaca
1. Pembaca diharapkan mencari referensi yang lain untuk menanggulangi isu global warming.
2. Pembaca diharapkan memberikan kritik dan saran mengenai karya tulis ilmiah ini demi karya tulis yang lebih baik lagi.
3. Pembaca dapat mengambil manfaat atau mengaplikasikan karya ilmiah ini.

















DAFTAR PUSTAKA

Al-Adnani, Abu Fatiah. 2008. Global Warming Sebuah Isyarat Dekatnya Akhir Zaman dan Kehancuran Dunia. Jawa Tengah: Granada Mediatama.
http://rimaskautsar.multiply.com/journal/item/8/Gerakan_Mahasiswa_Berbasis_Riset_Peran_Mahasiswa_UI_dan_kepedulian_terhadap_lingkungan_hidup_di_dalam_menyikapi_isu_pemanasan_global.
Kompas No. 276 Tahun ke-45 Hal. 13
Marcoes-Natsir, Lies M. dan Johan Hendrik Meuleman. 1993. Wanita Islam Indonesia dalam Kajian Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: IRIS.
Satuan Tugas Penyusun Naskah Pengembangan Motivasi Agama Terhadap Peranan Wanita Menurut Pandangan Islam. 1995. Motivasi Peningkatan Peranan Wanita Menurut Islam. Jakarta: Proyek Peningkatan Peranan Wanita bagi Umat Beragama di Jakarta.